Kamis, 28 Maret 2013

Kebersamaan


Kebersamaan 
   Oleh : Halim Mansyur Siregar

Pada suka-duka yang kita jalani
juga pahit-manis kehidupan yang kita rasakan
kebersamaan selalu menitipkan keindahan
          
   
    Elegi Sebuah Senja
    Oleh : Halim Mansyur Siregar  

Entah mengapa setiapkali senja datang menyapa
dirimu seakan hadir di depan mata
kadang membuatku teringat waktu itu
saat segurat senyum menghias bibirmu
ketika cinta kita berpadu pada sebuah senja biru
dan senja yang datang kali ini rasanya pun begitu
namun senyum dan wajahmu nyaris tak lagi mampu ku lihat
karena mendung yang menggelantung sudah semakin pekat


  Tak Mungkin Lagi Menjadi Satu
    Oleh : Halim Mansyur Siregar

Padahal siang selalu hadir menggantikan malam
dan mentari selalu tersenyum menyambut pagi
namun air mata kini menjelma teman abadi
mengiringi duka dan lara yang merajam jiwa
sementara senyum dan tawa pergi entah ke mana
setelah begitu jauh jarak rindumu
hingga tak mungkin lagi membuat kita menjadi satu


   Mimpi yang Berlalu
   Oleh : Halim Mansyur Siregar

Meski mimpi selalu sesaki hati
di antara waktu yang terus berlari
aku hanya bisa menepi dan menyendiri
tak bergeming dari hari ke hari
seakan kaki ini dipenuhi dengan duri
hingga akhirnya mimpi itupun berlalu meninggalkanku
karena jemu terlalu lama menunggu

   
Tiada Guna Membincangkan Kerinduan
    Oleh : Halim Mansyur Siregar

Bersama detak jantung yang masih bergema
akan ku nikmati hidup mengalir apa adanya
meski harus mengikuti perjalanan musim yang semakin tak pasti
sebab puisi pun terkadang telah kehilangan kata-kata
terdiam kaku, sebisu batu-batu
tiada guna lagi membincangkan kerinduan di tengah kesedihan yang terus merayap
karena hanya ibarat menyusuri jejak-jejak luka
sembari menambah bening demi bening air mata tertumpah sia-sia     
         

  Ilalang Kepada Angin
Oleh : Halim Mansyur Siregar

Mungkin bila angin hanya sepoi  menyapa
ilalang yang akan merunduk sedikit saja
setelah tegurannya berubah menjadi amarah  badai 
barulah seluruhnya tertunduk lemah dan lunglai  
masihkah seperti ilalang kepada angin pula
sikap manusia terhadap Sang Pencipta
sementara ilalang, angin dan kita semua
berada dalam genggaman kekuasaan-Nya 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar