Kamis, 28 Maret 2013

Nasehat Ayah Kepada Anaknya


     Nasehat Ayah Kepada Anaknya (1)
             Oleh : Halim Mansyur Siregar

Seperti laut yang bangga kepada ombaknya
serupa gunung yang bangga akan ketinggian puncaknya
ku ingin menjadi ayah yang bangga terhadap anak-anaknya
maka tuntutlah ilmu setinggi yang engkau mampu
carilah harta sebanyak yang engkau damba
namun jangan pernah lupa
andaipun bumi dapat kau genggam seluruh isinya
dan semua kau persembahkan untuk bunda
sesungguhnya itu takkan bisa menutupi
meski hanya  jejak setapak kaki
dari perjalanan yang pernah ia lakoni


 Nasehat Ayah Kepada Anaknya (2)
            Oleh : Halim Mansyur Siregar

Sejak dalam rahim ibumu
telaga rinduku mengalirkan kekaguman
gerak-gerikmu menjadi bait-bait bahagia
menyuburkan setangkai puisi berbunga asa
sembari menunggu tangismu membuka lembaran baru
aku tetap terjaga hingga batas pagi buta
memintal benang-benang do’a untuk segumpal jiwa
kini engkau telah mengenal segala musim dan cuaca
maka apapun yang engkau rasa
tetaplah setia kepada kearifan
jadilah penabur benih kebenaran


Nasehat Ayah Kepada Anaknya (3)
           Oleh : Halim Mansyur Siregar

Satu demi satu angka-angka kalender berlalu
pergi meninggalkan kau dan aku
kini rona senja mekar di pelupuk mata
menduga-duga di mana berada tapal batas usia
setangkai sujud sewangi kasturi menyeretku ke tepi do’a
sesekali pipi ini basah berkaca-kaca
namun bening air mata itu memancarkan gemerlap cahaya cinta
untukmu : pelita di kala gulita
jika kelak ku harus lebih dahulu menutup mata
satu yang ku pinta : tetaplah membuatku merasa bangga
agar di hadapan Sang Pencipta aku bisa mempertanggungjawabkan amanah-Nya


 Nasehat Ayah Kepada Anaknya (4)
                            Oleh : Halim Mansyur Siregar

Di tepian waktu
kita hanyalah laksana sekumpulan serangga malam yang mengitari lampu
kemudian menukik tajam dan menyisakan diam
sedangkan segala rahasia mutlak menjadi milik-Nya
pun kematian menjadi bayangan bagi kelahiran akan terus mengalir sebagai takdir
pasti tiba suatu masa di mana kita ‘kan mendengar bisikan maut
saat itulah untaian kalimat tersumbat tak bersuara
dan tatapan mata yang berkabut adalah penggantinya
maka sadarilah sepenuhnya
bahwa sesungguhnya dunia hanyalah tempat persinggahan sementara
dan kelak bakal tertinggal semuanya
tiada yang dapat dibawa, kecuali amal semata 

6 komentar: